Kita perlu mempelajari pencurahan ketujuh laknat itu. Kuasa-kuasa kejahatan tidak akan mau menyerah tanpa memberikan perlawanan.
Ditengah-tengah langit yang bergolak terdapat satu celah yang diterangi oleh kemuliaan yang tak terlukiskan, ketika suara Allah kedengaran seperti bunyi air yang banyak, berkata: “Sudah terlaksana.” Wahyu 16:17.
Suara itu menggoncangkan langit dan bumi. Maka terjadilah gempa bumi yang dahsyat, “seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi, begitu hebatnya gempa bumi itu.” Ayat 17, 18. Langit tampaknya terbuka dan tertutup. Kemuliaan dari takhta Allah kelihatan memancar dengan terangnya. Gunung-gunung bergoncang seperti sekam ditiup angin, dan batu-batu yang kasar beterbangan ke segala penjuru. Terdengar deru topan yang sedang datang. Laut bergelora dengan ganasnya. Terdengar bunyi angin topan bagaikan suara iblis yang mendatangkan kebinasaan. Seisi bumi terombang-ambing seperti gelombang laut. Permukaannya terbelah-belah. Isi perut bumi itu tampaknya akan terlontar keluar. Barisan pegunungan sedang tenggelam. Pulau-pulau yang didiami lenyap. Bandar-bandar pelabuhan yang sudah menjadi seperti Sodom tempat segala macam kejahatan ditelan lenyap oleh air yang mengamuk. Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu, “Untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murkaNya.” Hujan es yang besar-besar, yang masing-masing “ seberat seratus pon,” merampungkan pekerjaan pembinasaan. Ayat 19, 21. Kota-kota yang terangkuh di bumi diratakan. Istana-istana orang kaya, sebagai tempat di mana orang-orang besar dunia telah menikmati kekayaan mereka supaya mempermuliakan diri mereka sendiri, hancur lebih di depan mata mereka. Tembok-tembok penjara hancur luluh, dan umat Allah, yang dipenjarakan karena iman mereka, kini dilepaskan.
Maranata Hal. 280